MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA LEWAT LUDRUK
MELESTARIKAN WARISAN BUDAYA LEWAT LUDRUK: BERBAGAI PRAKTIK BAIK BERSAMA MGMP BAHASA JAWA DAN SMPN 4 KOTA MALANG
Malang, 26 September 2024 â Kelompok Belajar MGMP Bahasa Jawa berkolaborasi dengan SMPN 4 Kota Malang mengadakan kegiatan Berbagi Praktik Baik Pembinaan Ludruk Remaja di Aula Ki Hajar Dewantara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Acara ini berhasil mengumpulkan 55 guru Bahasa Jawa serta 51 siswa dengan tujuan untuk mengenalkan serta melestarikan seni tradisional ludruk kepada generasi muda.
Gambar 1. Suasana Kegiatan MGMP Bahasa Jawa
Kegiatan dimulai dengan pembukaan yang diikuti oleh nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya dan doa. Rangkaian sambutan diawali oleh Ketua MGMP Bahasa Jawa, Bapak Afri Surahman, S.Pd., yang menyampaikan pentingnya kebersamaan dalam melestarikan budaya lokal di lingkungan sekolah. Sambutan dilanjutkan oleh Koordinator MGMP Bahasa Jawa, Ibu Dr. Pancayani Dinihari, M.Pd., yang menggarisbawahi perlunya kreativitas guru dalam memadukan budaya lokal dengan pembelajaran di kelas. Sambutan terakhir disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Malang, Bapak Tri Oky Rudiantopratijo, S E, M.Si. yang mewakili Kepala Dinas yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Pak Oky menekankan pentingnya menjaga bahasa daerah, khususnya Bahasa Jawa, serta mendorong inovasi pembelajaran berbasis budaya tanpa mengubah esensi kebudayaan itu sendiri. "Inovasi yang dibuat tanpa mengubah budaya, salah satunya dengan mengenalkan ludruk, adalah cara kita melestarikan kekayaan budaya yang kita miliki," ungkapnya.
Gambar 2. Sambutan dari Ketua MGMP
Setelah sesi sambutan, hadirin disuguhkan dengan penampilan ludruk dari siswa-siswi SMPN 4 Kota Malang yang membawakan cerita berjudul âSuci Ketemonâ. Penampilan yang penuh dengan kelucuan dan pesan moral ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memperkenalkan Bahasa Jawa secara lisan melalui dialog yang dipakai oleh para pemain. Melalui pementasan ini, para siswa menunjukkan bakat dan kecintaan mereka terhadap seni tradisional yang mulai langka di kalangan generasi muda.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi Forum Group Discussion (FGD) tentang produksi pertunjukan ludruk, yang dipandu oleh Ibu Dini. Forum ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok guru dan kelompok siswa dengan ditemani oleh Bapak Bayu dari SMPN 4 Kota Malang selaku pemateri. Kelompok guru sangat aktif berdiskusi, berbagi pengalaman dan metode pembelajaran ludruk yang bisa diterapkan di sekolah masing-masing. Sementara itu, kelompok siswa juga menunjukkan antusiasme yang besar. Mereka dikenalkan lebih dalam dengan dunia pertunjukan ludruk, serta diajak untuk bertanya dan berdiskusi mengenai materi yang mereka pelajari. Baik kelompok guru maupun siswa sangat aktif dalam berdiskusi, menjadikan acara ini bukan hanya sebagai ajang pelestarian budaya, tetapi juga forum berbagi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat untuk diterapkan di sekolah-sekolah lainnya.
Gambar 3. Penampilan Ludruk dari Siswa-Siswi SMPN 4 Kota Malang
Kegiatan ini ditutup dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL), yang akan menjadi panduan bagi para peserta untuk melanjutkan pembinaan ludruk di lingkungan sekolah mereka. Doa bersama menjadi penutup acara, dengan harapan bahwa seni tradisional ludruk dapat terus hidup dan berkembang di kalangan generasi muda, serta menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya yang lebih luas.