WORKSHOP “IMPLEMENTASI MODUL PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA PADA MATA PELAJARAN PAI”
Malang, 14 November 2024 Kegiatan workshop Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Kota Malang yang bertempat di Aula Ki Hajar Dewantara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang membahas mengenai implementasi modul ajar. Dimulai dengan pembacaan surat Al-Fatihah, kemudian dilanjutkan dengan lantunan ayat suci Alquran dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Gambar 1 situasi dan kondisi kegiatan workshop
Ketua KKG PAI Kota Malang kemudian memberikan sambutannya. Beliau juga menekankan pentingnya peran masjid sebagai simbol sentral kegiatan keagamaan, salah satunya adalah masjid di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang yang setiap Jumat telah berjalan rutin dan lancar untuk kegiatan mengaji di pagi harinya. Dengan harapan kegiatan keagamaan dapat memberikan manfaat yang lebih luas, Ketua KKG mendorong masjid di lingkungan Dinas Pendidikan untuk terus mengadakan kegiatan bermanfaat. Beliau juga menyatakan komitmennya untuk mendampingi dan memberikan dukungan terbaik, termasuk melalui peran KKG dan MGMP.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Kementerian Agama Kota Malang, beliau menekankan pentingnya kesejahteraan guru agama. Beliau juga mengajak guru agama untuk mendokumentasikan budaya keagamaan yang diterapkan di sekolah, mengingat bahwa dokumentasi ini penting untuk keperluan School Religion Culture (SRC). Selain itu, Kepala Kementerian Agama juga mendorong setiap guru agama untuk aktif berliterasi dengan menghasilkan karya-karya yang bermutu dan bermanfaat bagi siswa.
Sambutan terakhir sekaligus pembukaan kegiatan workshop secara resmi disampaikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, yaitu Bapak Muflikh Adhim, SE.,MM dimana beliau mewakili Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang yang berhalangan hadir untuk menyampaikan sambutannnya. Dalam sambutannya, beliau menyoroti upaya Malang dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus menekan angka putus sekolah, yang saat ini cukup tinggi terutama di wilayah Kecamatan Kedungkandang. Guru PAI diharapkan dapat memberikan wawasan keagamaan yang relevan bagi siswa, terutama bagi mereka yang beranjak dewasa. Bapak Muflikh Adhim, SE.,MM juga menekankan pentingnya penyuluhan mengenai dampak pernikahan dini yang berpotensi menimbulkan masalah sosial, seperti kasus stunting dan berharap para guru PAI terus berprestasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran agama di sekolah.
Gambar 2 sambutan dan pembukaan acara
Setelah sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan doa untuk pembukaan workshop, memohon kelancaran dan keberkahan selama acara berlangsung.
Pada sesi materi, DR. Muhammad Walid, MA sebagai pemateri, menyampaikan kunci sukses dalam pembelajaran, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Beliau juga menginformasikan bahwa para guru PAI dan madrasah yang belum mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) akan diupayakan agar dapat berpartisipasi pada tahun 2025, dengan berbagai skema yang telah dipersiapkan. Mengingat pentingnya kualitas pendidikan nasional, DR. Muhammad Walid, MA menggarisbawahi peringkat nilai PISA Indonesia yang berada di posisi 72 dari 77 negara, yang menunjukkan perlunya peningkatan kualitas pendidikan yang dimulai dari kesejahteraan guru.
Gambar 3 penyampaian materi
Lebih lanjut, DR. Muhammad Walid, MA menjelaskan pentingnya penerapan kurikulum berdiferensiasi, yang mulai diperkenalkan sejak Kurikulum KTSP. Kurikulum ini seharusnya sudah berfokus pada pengembangan potensi siswa, namun karena implementasinya kurang sukses, konsep ini kemudian diupdate oleh Kurikulum 2013 yang berorientasi pada pembelajaran siswa. Dalam perkembangan lebih lanjut, Kurikulum Merdeka hadir dengan menggantikan konsep individualisme dengan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Beliau menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek ini bertujuan agar kegiatan belajar mengajar lebih adaptif terhadap kebutuhan siswa.
Selain itu, DR. Muhammad Walid, MA membahas prinsip multiple intelligences, yang menyatakan bahwa setiap siswa memiliki minat, kesiapan belajar, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, konsep pembelajaran berdiferensiasi diterapkan untuk mengakomodasi perbedaan ini melalui asesmen diagnostik yang mencakup kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar siswa. Beliau menekankan bahwa dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat komponen yang dapat disesuaikan, yaitu konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Menurutnya, hal ini penting agar pembelajaran PAI tidak lagi dianggap membosankan. Guru PAI diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang interaktif agar siswa merasa nyaman dan lebih termotivasi untuk belajar.